MENDUNG SORE

Thursday, September 7, 2017

Dilemma Tipikal

HALO SEMUA! Waowww, saya hadir kembali ke peredaran!

Sudah ada beberapa orang yg bertanya, "Cing, kangen nih baca blog lu! Nge-blog dong! Plis, plis, plis..." 

Gak deh, sebenernya cuma dua orang doang sih yang ngomong. Itu pun gak sampe memohon2 gitu. Cuma gw pengen kesannya kan kayak blog gw banyak penggemar gitu.

Untuk meng-klarifikasi (ini bahasa indonesia bukan sih? hahaha) kerinduan kalian... sebenarnya saya jarang ngeblog bukan karena malas... Tapi lebih tepatnya saya harus berpegang teguh sama prinsip dan idealisme saya: kualiti lebih baik daripada kuantiti. Asik kan? Nah itu lah alasan kenapa postingan gw agak sepi seperti pemasukan gaji gw beberapa bulan ini #donor uang, plis!

Tapi akhirnya datang juga waktu yang dinanti ini... postingan yg dijamin berkualitas! So... Inspirasi di balik postingan malam ini berawal karena gw jatuh ke dalam "YouTube rabbit hole".

Kalo gw lagi ada free time, biasanya gw paling suka update band2 indie di Indo yg lagi hip. Kalo gak ketemu band baru yg bagus, gw biasa kembali lagi ke playlist favorit gw: White Shoes & The Couples Company. Dan setelah berkaraoke ria sambil masak pake daster, otak gw akan otomatis nge-recall lagu2 Indo jaman gw SMP. So... lagu yg muncul di otak gw malam ini adalah lagu2 nya Tangga.

Gw pun penasaran sama nasib band satu ini. TERNYATA mereka sudah "reinkarnasi" dan ganti nama jadi Dekat. Aura ibu2 detektif di dalam hati kecil gw pun langsung membara. Akhirnya gw cari tau kenapa mereka ganti nama, bubar, etc. Untuk alasan lebih lengkap, coba check video ini - jangan lupa dibarengi dengan bantuan wikipedia dan tabloid gosip indonesah lainnya.

So, apa hubungannya band Dekat sama postingan gw malam ini? 

Well... di beberapa web series mereka, mereka mention kalo di band yg dulu mereka berada di working environment yg pressure mereka untuk prioritise duit and fame, tapi karya mereka jauh banget dari apa yg mereka mau. At one stage, mereka merasa karier mereka udah berantakan dan gak tau how to make it better walaupun mereka cinta mati sama kerjaan mereka as musicians.

Hmm... dilemma tipikal. 
Betul-betul dilemma tipikal pekerja seni. 

Dan sampailah kita di postingan yg akan membahas tentang dilemma tipikal yg gw alami sebagai... penari.

Kalo orang nanya kenapa gw bisa jadi seriusin nari, gw gak bisa jawab dengan satu jawaban. Yg pasti gw tau gw suka nari dari kecil, gw always enjoy performing depan orang banyak, dan gw always love having a job yg working hours nya flexible dan gak banyak diatur2 sama bos tukang eksploitasi.

Seiring berjalannya waktu, somehow Tuhan bukain aja jalan di dunia nari ini - entah itu jalannya dari menang competitions, ditawarin ngajar nari atau ketemu koneksi buat ngajar nari di Madrid. Yg pasti kalo cita2 lu mau jadi miliuner, jangan ngarep duit dari kerjaan nari. Atau mungkin anda bisa tetap jadi penari, tapi cari suami berumur senja yg kaya raya (warisan fresh from the oven, yoo!)

Apa gw happy sama kerjaan nari gw ini?

Not only happy, but gw super proud in terms of personal growth gw dan I'm sure 1000% that at this moment ini path yg Tuhan mau gw kerjain, entah untuk reason apa. Money wise? Frankly... kalo gw gak ada suami yg bantu, gw akan hidup nomaden seperti manusia pada zaman batu.

Jika kita melihat realita, sayangnya hidup di bumi ini gak cuma berisi pelangi... tapi juga diisi dengan eek burung yg siap meluncur ke telapak bumi. Kita gak tau deh tuh eek burung bakal mendarat kemana. Apa mendarat ke jemuran baju kita, ke rambut kita atau ke muka tetangga kita?

Nah sekarang gw lagi di masa2 penantian "eek burung gak tau mendarat kemana".

Waaaiit.

Analogi gw kayaknya kurang tepat. Tapi gw males edit lagi jadi kalimat yg makes sense hahaaha. Kalian paham lah, intinya hidup gw situasi nya agak luntang lantung. So... Gw dan kekasih tercinta sih impiannya mau coba hidup di Madrid (or any European countries in general) dengan gaji Australia. HA-HA-HA.

Lucu yahh? Kenapa lucu???
Karena... itu hampir mustahil (senyum meringis sambil jedotin kepala).

Berhubung uang gw cuma bisa untuk bayar tempat tinggal di rumah kardus dan uang suami bisa biayain tinggal di apartemen imut, jadi lebih bijak untuk mengikuti kemana suami mendapat pekerjaan.

Sekilas tentang kerjaan nari. Walaupun kerjaan nari gw ini emang flexible tapi start kerja nari di negara baru gak segampang membalikkan telapak tangan #EAAAAK. So far dari pengalaman gw kerja, "CV" lu berbentuk portfolio dari ikutan competitions, menang competitions, or perform di festival/workshop internationals.

Even misalnya pun CV nari lu udah ++, faktor lainnya adalah "drama politik" di dalam kerjaan itu sendiri. YES kawan2, mau kerja dimana pun... dimana ada manusia disitu ada drama. Gw sendiri sudah sempat tercelup di drama persilatan tari-menari pas gw masih di negeri kangguru. Waktu itu gw serasa kayak terperangkap di sinetron Tersanjung yg episode nya kagak habis2 seperti kasih Tuhan.

So... karena masa2 yg uncertain ini - entah akan stay di Madrid apa gak - gw pun juga masih gak tau opportunity kerjaan macam apa yg menanti gw tahun depan.

I guess yg paling bisa bikin hati gw sejukan adalah dengan meng-amini bahwa dimana pun gw and suami berada, Tuhan pasti akan taro orang2 yg bikin kita grow personally and spiritually (doesn't mean those people are easy to deal with though).

Dan dimana pun gw berada, Tuhan akan selalu pake gw untuk share talents gw biar memberkati orang lain - entah itu kerjaan nari, blogger, masak, kerja kantoran, penyanyi dangdut, whatevs.

Apakah perkataan saya terdengar seperti seseorang yg habis membaca ayat2 alkitab? Mungkin. Apakah perkataan saya terdengar cliche? Itu juga mungkin. Tapi perkataan yg terdengar rohani dan cliche itu memang the only thing yg bisa bikin gw waras sekarang.

I guess di kerjaan apapun, most of us punya hope yg sama: punya materi yg cukup dan love the work that we're doing. Tapi dilemma tipikal yg sering gw lihat adalah proportion yg balance antara memenuhi kebutuhan materi and passion... PLUS, the possibility to be realistic and idealistic at the same time.

Sadly, no matter how hard kita cari solusi buat dilemma tipikal diluar sana, ujung2nya kita harus balik lagi cari jawaban dari dalam diri kita sendiri. Dan semua orang punya jawaban, kebutuhan, ekspektasi, insecurity, hopes mereka masing2.

Buat gw personally... gak ada salah atau bener kalo orang choose untuk jadi lebih idealistis atau realistis, choose untuk menuhin kebutuhan materi daripada urusan "passions" or "living your dreams", etc.

But one thing for sure, gw selalu tanya pertanyaan ini setiap hari ke diri gw setiap kali gw selesai kerja:

"Kalo lu pulang dari tempat kerja terus lu ketabrak bajaj/angkot/helipet/BMW dan cuma punya 1 jam lagi buat hidup, apa lu udah puas sama kerjaan lu?" 

WELL... Kalo gw pulang dari kerjaan nari gw terus ketabrak kendaraan apapun itu dan gw harus mati, I can 100% say that I can die happy now.

Hmmm... Walaupun tahun depan gw masih gak tau pekerjaan macam apa yg ada di depan mata, mungkin gw harus buka postingan ini lagi buat bikin gw gak kalut dan mengingatkan gw bahwa... dimana pun eek burung mendarat, gw akan selalu feel content and look up ke rainbow yg ada di depan mata gw. 

SOOO untuk kalian yg juga mempunyai dilemma yg sama apapun kerjaan kalian... selamat, kita senasib. Anda bergabung bersama saya di club quarter life crisis! Selamat datang dan selamat menikmati quotes ini:

"What you're supposed to do when you don't like a thing is change it. If you can't change it, change the way you think about it. Don't complain." 

- Maya Angelou.



2 comments:

  1. Hahah, kesel pas kepencet itu link tersanjung, kebawalah gue ke youtube - tersanjung sinetron lawas. HAHAHA. Asik banget blog nya elo, chink :) Sangat menginspirasi. Emang tiap orang udah diciptakan unik seunik uniknya, dengan maksud dan tujuan tertentu dari Allah SWT.

    ReplyDelete
    Replies
    1. HAHHA azyik kan kebuka scene nya Tersanjung! Makasih yak cik Evelin. Kamu juga selalu menginspirasi. Sering2 ngeblog dong!

      Delete