MENDUNG SORE

Tuesday, January 29, 2019

Tante Yuyun dan Xiaomei

"Sometimes kita mikir pas kita tinggal diluar negeri kita bakal explore other culture. Padahal most of the time end up kita learning and explore more about ourselves di tempat baru kita."

Yah kurang lebih begitulah yg temen gw ucapin saat beberapa hari lalu kita telponan untuk bertukar kabar tentang hidup.

Dan setelah gw renungkan baik-baik, tahun 2018 adalah tahun dimana gw diharuskan untuk menghabiskan banyak waktu sama diri gw sendiri - jobless while hating the new city that I live in and being surrounded by many ignorant neighbors.

Berhubung hidup gw berubah cukup jomplang dibanding dengan tahun sebelumnya, lambat laun gw diperhadapkan with this only option: look deep inside myself and ask what I really want in life, what my Creator wants from me - at least selama gw stay di Spain.

Tapi momen untuk introspeksi diri itu gak muncul dengan elegan seperti yg mungkin ada di bayangan kalian. For sure, gak terjadi di bawah sinar matahari atau rindangnya pepohonan terus dilanjutkan dg gw yg langsung meditasi atau baca buku self-help.

Tapi semua itu diawali saat suatu pagi, gw marah cuma karena hal sepele bgt dan akhirnya saat gak ada siapapun di rumah, gw nonjok pintu kamar kucing gw berkali-kali macam Nene, temen Sinchan, yg kalo marah lgs nonjokin boneka kelincinya.

Untungnya kucing gw lagi nongkrong asyik di sofa sama anjing gw. Kalo gak, mereka mungkin bingung kenapa gw tiba-tiba kalap kayak tante-tante jahat di sinetron Indosiar.

Setelah gw puas menumpahkan amarah gw ke pintu kayu yg tak berdosa itu, gw akhirnya stop mukulin pintu karena dua hal. Pertama, tangan gw sakit. Kedua, di tengah tangan gw yg udah sakit, gw akhirnya tersadar, "Wow, this is not me. I don't know who I am anymore."

Pagi itu, setelah puas mukulin pintu kayu, gw berusaha menenangkan diri di sofa bersama binatang-binatang imut di rumah dan memutuskan untuk gak lari lagi dari diri gw sendiri.

- 6 bulan kemudian -

Masih jobless, masih membenci kota yg sama bernama Seville dan masih dikelilingi oleh tetangga-tetangga ignorant yg rasis.

Bedanya selama 6 bulan terakhir ada satu hal terbesar yg gw pelajari:

"I need to take care of myself first (not in a selfish sentiment) untuk survival. Lebih dari itu juga biar gak jadi toxic buat orang-orang di sekitar. 

Karena gw percaya kalo kita gak happy/content sama diri kita sendiri, and if we're too scared to look within ourselves, we'll always blame and envy other people for the rest of our lives."

Pernah gak berhadapan sama para tante/om yg cuma bisa kritik hidup orang?

99,8% populasi di Indonesia pasti pernah mengalami fenomena ini, terutama di saat perayaan-perayaan besar seperti Xincia yg sebentar lagi hadir di pelupuk mata.

"Kamu gendutan?"
"Kamu kapan punya pacar/kapan nikah/kapan punya anak?"
"Kok kamu sekolah tinggi amat? Nanti laki-laki takut loh, gak ada yg mau sama kamu."

ANYWAY kalian tau lah tipikal pertanyaan-pertanyaan gak bermutu yg sebenernya bikin kita pengen pindah aja ke Mars.

Tapi berhubung kita ini sobat miskin dan menjunjung tinggi adat timur akhirnya mentok deh, kita cuma bisa senyam-senyum-nahan-berak-sembari-menjaga-kesantunan-diri di depan para tante dan om yg mungkin adalah sahabat kolik/siblings ortu kalian.

Nah menurut gw, pertanyaan-pertanyaan gak bermutu itu terjadi akibat banyak faktor.

Tapi salah satu alasan yg gw yakini adalah pertanyaan macam itu dilontarkan dari orang yg insecure/takut/males untuk merubah diri mereka.

Dan tujuan dari pertanyaan gak mutu itu dipakai untuk mengalihkan fokus ke-taik-an yg terjadi di hidup mereka dan membuat orang lain merasa hidup mereka jauh lebih bermasalah (baik yg nanya itu sadar atau gak atas tujuan tersebut, well itu urusan lain).

Kalimat singkatnya:

You make other people feel shit, so that you don't feel shit alone!

Untuk memudahkan kalian menyerap informasi yg agak abstrak ini dan membiarkan imajinasi liarmu berlari bebas, berikut adalah contoh case study yg baru saja gw karang beberapa menit yg lalu.

- CASE STUDY: Tante Yuyun & Xiaomei - 

Let say gw jadi tante namanya tante Yuyun.

Di saat acara Xincia gw melihat keponakan gw bernama Xiaomei, wanita muda belia berprofesi sebagai dokter bedah otak, berbadan semok dan berumur 35 tahun.

Masa depannya cerah karena tahun depan Xiaomei bakalan dikirim NASA untuk buka praktek bedah otak pertama di planet Mars. Xiaomei tidak berencana untuk menikah, namun dia bahagia dan puas untuk merajut hidup bersama team NASA di planet Mars.

Nah 20 tahun lalu, gue (tante Yuyun) sebenernya punya cita-cita setinggi Xiaomei. Tapi di masa itu jarang ada pilihan bagi wanita untuk bisa menjenjang pendidikan/berkarir seperti generasi Xiaomei.

Karena gw galau dan gak betul-betul introspeksi ke diri sendiri tentang hidup macam apa yg mau gw jalani, akhirnya gw menyerah pada cita-cita gw dan menikahi lelaki bernama Syomaibabi.

Alasan terbesar gw menikahi Syomai adalah tetangga/kakek-nenek/ortu/temen-temen kantor/abang sayur/semua orang udah nanyain terus kapan gw nikah dan punya anak.

Tidak tahan akan tekanan sosial yg menimpa, ku jual lah mimpi ku yg tinggi untuk menikah dg Syomaibabi.

Syomai memang kaya raya, namun kelemahannya terletak pada kedua bola mata dan alat kelaminnnya. Syomai tidak tahan melihat perempuan cantik dan alat kelaminnya selalu "main" kesana kemari.

Walau ia bertanggungjawab dan selalu membelikan tas Hermes tiap bulan, pernikahan gw selama 30 tahun ini sangatlah shit. Lebih shit lagi karena gw juga nyesel gak berjuang mengejar cita-cita gw yg dulu serupa dengan Xiaomei.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Untuk introspeksi ke diri gw dan mengakui bahwa ada penyesalan besar di hidup gw selama berpuluh-puluh tahun ini akan sangat menyakitkan.

Dan kalau gw admit kesalahan yg gw lakuin di hidup gw ini, mau gak mau gw harus cari solusi untuk merubah situasi ini dan of course, SUSAH! Gue kan udah tua gitu loh. Ngapain juga berubah???

Jadi insetad of memulai komunikasi yg normal, sehat, bertukar cerita dan belajar dari hidup orang lain... gueee, tante Yuyun yg insecure dan terlalu takut untuk menginstropeksi diri akhirnya melontarkan pertanyaan-pertanyaan berikut ke Xiaomei saat perayaan Xincia:

"Loh Xiaomei, kamu gendutan? Gimana ini mau kerja di planet Mars?! Nanti badan kamu muat gak masuk ke roket?" (padahal tante Yuyun iri sama badan seksi Xiaomei).

"Ih, Xiaomei, temen-temen kamu tuh udah pada nikah dan punya anak loh. Itu temen SD kamu aja baru lahiran kembar empat. Skg dia mau nambah kembar dua lagi nih, katanya terinspirasi dari kucing liar deket rumah dia yg beranak terus. 

Kamu yakin masih mau buka praktek bedah otak di Mars tanpa memiliki keturunan di Bumi?" (padahal tante Yuyun iri sama kerjaan Xiaomei yg sangat bergengsi)

Dan Xiaomei pun tidak peduli setan dg apapun yg tante Yuyun katakan karena dia lebih mengenal dirinya sendiri luar dan dalam dan dia tau betul apa yg dia inginkan di hidup ini.

Namun itulah konsekuensi hidup yg Xiaomei pilih karena dia tidak ingin menjalani hidup yg selalu didikte orang-orang sekitarnya.

Ending cerita dalam case study ini?

Tante Yuyun tetap galau dan bitter sama hidupnya (dan ngatain orang-orang lainnya). Dan Xiaomei akhirnya buka praktek bedah otak di Mars sambil mengucapkan kalimat ke tante Yuyun,

"Adios, tante! Zero fucks given to you."

- FAEDAH CERITA -

Inti dari postingan ini adalah:

1. Intrapersonal skills itu sangat penting. Karena kita perlu latihan untuk bertanya ke diri sendiri ttg hidup kita, lalu belajar sabar dan jujur untuk dgr jawabannya. Otherwise kita bakalan kayak tante Yuyun yg cuma bisa ngiri/bete/nyalahin orang lain sepanjang hayatnya.

2. Dan kalo kita jadi kayak si tante Yuyun, yg ada kita cuma bisa jadi "racun" buat orang-orang di sekitar kita - yg cuma bisa nyampahin hidup orang karena that's the easiest and cheapest thing to do to make our self-esteem better; make other people feel shit so that you don't feel shit alone!

3. Tapi, jadilah Xiaomei karena hasilnya itu membawa berkat bagi banyak orang dan gak murahan. 

Emang proses yg diperlukan itu gak mudah. Konsekuensi untuk hidup sesuai seperti yg Creator kita mau dan yg kita mau tuh prakteknya banyak nangis dan peluh-peluh keringat bercampur darah.

Mungkin versi "hidup sesuai yg Tuhan mau" di mata orang tua kalian ya jadi pendeta/pelayanan di gereja full-time atau kerjaan apapun yg menurut orang di sekitar kalian jauh lebih "layak" dipandang.

Tapi nyatanya banyak orang yg ngejalanin realita yg jauh berbeda dari itu semua.

Anywayyy...

walaupun kita mungkin pengen banget pindah ke Mars dan menjauh dari komentar-komentar keparat itu, pada akhirnya semua respon/reaksi/celotehan pedas yg kita dengar itu akan selalu ada dan pastinya diluar kontrol kita.

The only thing that we could do is to keep knowing ourselves even more and being as honest as possible without being harmful to others. 

Semoga di tahun 2019 ini kita semua punya courage untuk jadi Xiaomei dan tidak berakhir menjadi tante Yuyun.


"Being authentic comes with a price... You can’t be everything to everyone, but you can be something to some people." - Thanks for the words, Kris!